shopee banner


Pentingnya Terapi Hormon pada Menopause

Terapi hormon merupakan salah satu opsi pengobatan alternatif medis yang dapat digunakan oleh wanita yang memasuki fase menopause. Menopause terjadi ketika seorang wanita tidak mengalami menstruasi lagi selama minimal 12 bulan. Tujuan dari terapi hormon adalah untuk mengurangi efek negatif yang muncul selama menopause, seperti sensasi panas, keringat berlebihan, dan ketidaknyamanan pada organ intim akibat vagina yang kering.

Apa itu Terapi Hormon?

Terapi hormon, juga dikenal sebagai hormone replacement therapy (HRT), adalah penggunaan obat-obatan yang mengandung hormon wanita untuk mengatasi gejala menopause. Selain itu, terapi hormon juga dapat digunakan dalam beberapa kasus spesifik, seperti dalam operasi ganti kelamin atau untuk mengatasi gangguan hormon tertentu.

Jenis-jenis Terapi Hormon

Sebelum memutuskan untuk menjalani terapi hormon, penting untuk memahami jenis-jenis terapi hormon yang tersedia, antara lain:

1. Terapi Hormon Estrogen

Terapi ini bertujuan untuk menyeimbangkan kadar estrogen dan progesteron selama atau menjelang menopause. Terapi estrogen umumnya diberikan kepada wanita yang telah menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Bagi yang belum menjalani histerektomi, kombinasi estrogen dan progesteron lebih disarankan untuk mencegah risiko kanker rahim.

2. Terapi Hormon Estrogen Lokal

Terapi ini hanya mengatasi masalah pada organ intim akibat menopause, seperti ketidaknyamanan atau kekeringan vagina. Namun, tidak efektif untuk mengatasi gejala menopause lainnya atau mencegah osteoporosis.

3. Terapi Hormon Berpola

Terapi ini diberikan pada wanita yang masih mengalami menstruasi tetapi sudah memiliki gejala menopause. Kombinasi estrogen dan progesteron diberikan selama periode tertentu dalam siklus menstruasi.

4. Terapi Hormon Siklus Panjang

Terapi ini jarang disarankan karena keamanannya masih dipertanyakan. Pasien akan mengalami perdarahan setiap tiga bulan.

5. Terapi Hormon Terus-menerus

Diberikan pada masa post-menopause, terapi ini melibatkan pemberian kombinasi estrogen dan progesteron secara terus-menerus.

Efek Samping Terapi Hormon

Terapi hormon sering digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi gejala menopause, tetapi seperti halnya dengan banyak jenis pengobatan, terapi hormon juga memiliki potensi untuk menimbulkan efek samping. Penting untuk memahami risiko-risiko ini sebelum memutuskan untuk menjalani terapi hormon. Berikut adalah beberapa efek samping yang perlu diperhatikan:

1. Penyakit Kardiovaskular

Salah satu risiko utama terapi hormon adalah peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk serangan jantung dan stroke. Ini terutama berlaku untuk wanita yang memulai terapi hormon setelah usia 60 tahun atau yang memiliki faktor risiko lain seperti merokok, tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi.

2. Kanker Payudara

Penggunaan jangka panjang terapi hormon estrogen-progesteron dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. Risiko ini meningkat seiring dengan durasi penggunaan terapi hormon. Namun, risiko ini bisa kembali normal setelah menghentikan terapi hormon.

3. Kanker Endometrium

Bagi wanita yang masih memiliki rahim, penggunaan terapi hormon estrogen tanpa progesteron dapat meningkatkan risiko kanker endometrium (lapisan dalam rahim). Kombinasi estrogen-progesteron biasanya diresepkan untuk mengurangi risiko ini.

4. Tromboemboli

Terapi hormon juga dapat meningkatkan risiko pembekuan darah yang abnormal, yang dapat mengakibatkan tromboemboli, seperti trombosis vena dalam atau emboli paru. Ini merupakan kondisi yang serius dan dapat mengancam jiwa.

5. Efek Gastrointestinal

Beberapa wanita mungkin mengalami gangguan gastrointestinal, seperti mual, muntah, atau gangguan pencernaan, sebagai efek samping dari terapi hormon.

6. Perubahan Mood dan Kejiwaan

Perubahan hormonal yang diinduksi oleh terapi hormon dapat mempengaruhi mood dan kesejahteraan mental. Beberapa wanita mungkin mengalami perubahan suasana hati, depresi, atau kecemasan.

7. Gangguan Kesehatan Lainnya

Selain itu, terapi hormon juga bisa berkontribusi pada risiko penyakit lain seperti gangguan hati, gangguan tidur, sakit kepala, dan peningkatan risiko diabetes.

Konsultasi dengan Dokter

Sebelum memutuskan untuk menjalani terapi hormon, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Tidak semua wanita cocok untuk menjalani terapi hormon, terutama mereka yang memiliki risiko tertentu seperti riwayat kanker atau gangguan kesehatan tertentu. Dokter akan membantu memilih jenis terapi hormon yang sesuai dan memberikan informasi yang dibutuhkan sebelum memulai pengobatan.

Terapi hormon dapat memberikan bantuan yang signifikan dalam mengatasi gejala menopause, tetapi keputusan untuk menjalaninya harus dipertimbangkan dengan matang bersama dengan dokter. Dengan demikian, risiko dan manfaat dari terapi hormon dapat dievaluasi dengan baik demi kesehatan dan kesejahteraan yang optimal.